Selasa, 12 April 2011

Pengertian dan fungsi media Pembelajaran

Pengertian dan fungsi media Pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti “antara”. Makna tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Sedangkan menurut Wina Sanjaya secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Dan istilah media juga digunakan dalam bidang pendidikan, dalam hal ini pengajaran.
Ada banyak defenisi yang diungkapkan oleh beberapa pakar dalam mendefenisikan media pembelajaran. Berikut ini beberapa defenisi atau konsep media pembelajaran menurut para pakar. Menurut Association of Education and Communication Technology (AECT) media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik.

Rossi and Briedle (1996) dalam Wina Sanjaya mengemukakan bahwa, media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat tersebut jika digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka dapat dikatakan sebagai media pembelajaran. Lain hal nya dengan Gerlach and Ely mengunkapkan defenisi media pembelajaran lebih luas, yaitu tidak hanya terpusat pada alat dan bahan semata, melainkan human atau manusia juga dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Gagne mengartikan media sebagai berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Selain dari pengertian diatas ada juga yang membagi defenisi media pembelajaran menjadi dua pengertian. Dalam hal ini, Daryanto membagi defenisi media pembelajaran kepada media intruksional dan media transfer informasi. Media instruksional yaitu segala sesuatu yang dapat dipakai untuk memberikan rangsangan sehingga terjadi interaksi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional tertentu. Sedangkan media transfer informasi merupakan alat yang dapat digunakan untuk menyajikan/menyampaikan informasi kepada pihak lain (peserta/penerima informasi).
Dari defenisi yang telah dipaparkan para pakar diatas maka dapat disimpulkan bahwa, ada dua hal yang perlu digaris bawahi dalam mendefenisikan media pembelajaran, yaitu segala sesuatu yang berupa alat atau benda dan atau segala sesuatu yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi media pembelajaran adalah segala bentuk alat maupun media komunikasi yang dapat digunakan atau diprogram untuk mencapai tujuan dari kegiatan pembelajaran.
Teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Melalui produknya manusia mampu mengubah perilaku hidupnya dan pola berpikirnya, baik secara positif maupun negatif sehingga tercipta berbagai perilaku dan pola berpikir, misalnya, perilaku tidak mau tertinggal, ingin cepat, toleran, berpikir kritis, dan kreatif. Perilaku dan pola berpikir tersebut dapat dimaknai secara positif dan negatif. Oleh sebab itu, penggunaan teknologi informasi yang tepat merupakan suatu keterampilan yang sangat diperlukan untuk saat ini. Model pembelajaran yang mengarah pada penumbuhan perilaku positif dan pola berpikir kritis dan kreatif perlu dirancang secara kreatif oleh para guru atau dosen. Dengan demikian, inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan dan pembelajaran dapat dihasilkan.
Kedudukan ICT di era modern saat ini mempunyai peran yang sangat strategis dalam rangka peningkatan taraf hidup manusia. Perkembangan teknologi, baik dirasakan langsung maupun tidak manfaatnya sejauh ini telah banyak memberikan kontribusinya dalam berbagai bidang, tak terkecuali pendidikan. Dahulu pendidikan khususnya di sekolah dalam proses pelaksanaanya masih terkesan konvensional. Pendidikan masih bersifat monolog (transfer of knowladge) dan fasilitas belajar yang terkadang kurang memadai. Hal ini menyebabkan kurangnya kreativitas siswa dan guru dalam memenuhi suplemen belajar. Kini, teknologi hadir sebagai bentuk inovasi baru dalam upaya untuk meningkatan mutu pembelajaran dan pendidikan pada umumnya. Pembelajaran dengan mengoptimalkan teknologi, apapun bentuknya saat ini menjadi keharusan dalam rangka mempersiapkan SDM yang mempunyai daya saing global. Ini artinya, siswa disamping dibekali dengan ilmu pengetahuan, mereka juga hendaknya diimbangi dengan kemampuan dalam mengoperasikan dan memanfaatkan teknologi.
Pemanfaatan ICT dalam konteks pendidikan pada dasarnya lebih cenderung pada proses pembelajaran itu sendiri. Terlepas dari ada sebagian sekolah yang memanfaatkan ICT dalam bidang administrasi sekolah. Hal ini tidaklah salah, karena dengan menggunakan fasilitas ICT setidaknya manajemen pengelolaan administrasi di sekolah dapat berjalan dengan mudah, cepat, dan efesien. Sehingga pelayanan di sekolah kepada guru, siswa, orang tua siswa, dan stake holder dapat terlayani dengan optimal. Pembelajaran yang memanfaatkan ICT ini biasanya menggunakan perangkat hardware dan software dalam aplikasinya seperti, perangkat komputer yang tersambung dengan jaringan internet, LCD, projektor, CD pembelajaran, Televisi, bahkan menggunakan web atau situs-situs tertentu dalam internet.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam memanfaatkan pembelajaran yang berbasis ICT. Saat ini, telah banyak model-model pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan ICT. Diantara beberapa macam pendekatan tersebut, tentunya tidak semua dapat diterapkan sekaligus dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, pihak sekolah maupun guru harus memilih mana media belajar yang tepat sesuai dengan meteri belajar dan potensi siswa.
Dalam pembelajaran berbasis ICT, selain menggunakan perangkat komputer yang dilengkapi dengan software nya, juga untuk mendukung kinerja ICT haruslah didukung dengan jaringan internet yang memadai. Hal ini akan memungkinkan para siswa dan guru melaksanakan aktivitas pembelajaran tidak harus selalu bertatap muka secara langsung, akan tetapi bisa dengan cara online yang tekoneksi dengan jaringan internet. Pembelajaran seperti ini juga memungkinkan para siswa untuk dapat belajar lebih mandiri dan mengeksplor pengetahuan tidak hanya terpaku pada materi yang diberikan oleh guru di kelas. Para siswa dapat memanfaatkan internet untuk memperkaya materi pelajaran. Pembelajaran yang biasanya memanfaatkan internet ini dikenal dengan e-learning. Saat ini penggunaan e-learning telah banyak dikembangkan oleh beberapa sekolah, terutama pada sekolah bertaraf internesional yang dalam standar operasionalnya diharuskan menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Dalam hal ini penulis akan memberikan sedikit gambaran dari model pembelajaran e-learning yang terdiri dari konten dan aplikasinya.
Karakteristik ICT, meliputi:
Sebaiknya Multimedia digunakan hanya untuk pembelajaran yang tidak memungkinkan dilakukan secara hands on.
Sebuah pepatah menyebutkan, I hear I forget, I see I know, I do I understand.
Penelitian De Porter mengungkapkan bahwa manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 70 % dari apa yang dikerjakan, 50 % dari apa yang didengar dan dilihat (audiovisual), sedangkan dari yang dilihatnya hanya 30 %, yang didengar hanya 20 %, dan yang dibaca hanya 10 %.
Ada tiga komponen penting yang harus disiapkan untuk menuju masyarakat berbasis pengetahuan menggunakan ICT, yaitu:
Infrastruktur
SDM
Konten dan aplikasi.
Defenisi mengenai media pembelajaran diatas dapat juga dilihat bahwa media pembelajaran mempunyai fungsi untuk mencapai proses pembelajaran yang optimal. Dan salah satu indikator tercapainya proses pembelajaran yang optimal tersebut adalah peserta didik mendapatkan pengalaman belajar. Dalam hal ini, untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi peserta didik, Edgar Dale dalam Wina Sanjaya melukiskannya dalam bentuk kerucut yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience). Kerucut pengalaman yang dikembangkan oleh Edgar Dale ini telah secara luas dijadikan dasar dalam menentukan media atau alat Bantu apa yang sesuai dengan peserta didik agar memperoleh pengalaman belajar secara mudah. Berikut ini gambar kerucut pengalaman yang dikembangkan oleh Edgar Dale :

Dari kerucut diatas dapat dilihat bahwa semakin konkrit peserta didik mempelajari bahan pengajaran, maka semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh peserta didik. Contohnya melalui pengalaman langsung. Dan sebaliknya, semakin abstrak peserta didik memperoleh pengalaman, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh peserta didik. Contohnya pengajaran yang hanya disampaikan dengan kemampuan verbal. Edgar Dale mengurutkan tingkat memperoleh pengalaman belajar dari yang paling rendah sampai ke yang paling tinggi. Semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkrit pengetahuan diperoleh. Dan semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan siswa.
Mempertimbangkan kerangka pengetahuan ini, maka kedudukan komponen media pengajaran dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi yang sangat penting. Sebab tidak semua pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam konteks ini, media dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan yang konkret dan tepat serta mudah dipahami.

Tidak ada komentar: