Senin, 15 Desember 2014

Mengambl pelajaran dari profesi seorang guru, atau pengajar

Pada saat kt menguji anak didik kt dalam sebuah tes, saya yakin bahwa ketika kt memberikan pertanyaan, kt pastinya sudah memiliki jawabannya juga... Tidak mungkin kt memberikan soal kepada mereka sementara kt sendiri tidak tahu jawaban dari soal yg kt berikan tsb. Hal yang sama berlaku pada sebuah pabrik pembuatan gembok. Mereka tidak hanya menciptakan gembok, tapi juga membuat kunci untuk setiap gembok tsb. Bayangkan betapa konyolnya jika mereka hanya jual gembok tanpa anak kunci. Dua analogi sederhana di atas kiranya memberikan pencerahan kepada kita bahwa hal yang sama Allah lakukan dalam hidup kita. Ketika Allah mengijinkan sebuah persoalan, maka sesungguhnya Dia sdh punya jawaban untuk persoalan tsb. ! Allah tidak pernah membiarkan kita mengalami persoalan yang tak terpecahkan atau masalah yg tidak ada jalan keluarnya. Alllah menyediakan kunci untuk setiap pergumulan hidup yang kita alami.Allah tidak hanya menyediakan jawaban atau kunci untuk setiap masalah yang kita alami, tetapi Dia juga bijak dalam mengukur kemampuan dan kapasitas kita dalam menanggung persoalan. Allah tidak akan pernah memberikan soal yang melebihi kemampuan kita utk menyelesaikannya. Bukankah seorang guru tidak akan memberikan soal kelas VI untuk anak yang masih kelas 1 ? Jika seorang guru saja bisa demikian bijak dalam menakar kemampuan kita, apalagi Allah ?... yg prl kt Ingt bahwa ada soal berarti ada jawaban, ada gembok berarti ada kuncinya. Ketika Allah mengijinkan sebuah persoalan, Dia pasti sudah menyediakan kunci jawabannya.

Sabtu, 06 Desember 2014

Jangan Biarkan Hidup Seperti Air Yang Mengalir

Memang banyak orang bilang hidup itu lalui saja seperti air yang mengalir, jalani saja seperti apa adanya. Pasrah-pasrah saja dengan nasib. Coba pikir! pikir lagi ! renungin dong . Tau gak? Air itu selalu turun dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Jatuh bisa masuk selokan, got kotor tanpa arah (buntu), masuk sungai dan semacamnya.
Filosofi hidup bagaikan air mengalir itu tidak cocok bagi orang yang mau berubah maju. Jika menjalani hidup seperti air mengalir, berarti menyerah kepada keadaan.Bukankah hidup ini harus dikendalikan dan diarahkan untuk selalu ke arah lebih baik.
Terkadang kita hidup terlalu ringan, ringan bagaikan air yang mengalir tak tentu arah. Bisa saja mengalir menuju selokan yang kotor, atau malah jadi air yang tergenang yang membawa bibit penyakit. Ini contoh dari kemalasan.
Kita fokuskan untuk hidup selalu maju dan lebih baik. Air akan sulit untuk naik ke dataran lebih tinggi, sementara dalam kehidupan kita selalu menemukan jalan turun, datar, dan naik. Maka ubahlah filosofi hidup mengalir bagai air menjadi hidup untuk mencapai yang lebih baik dengan membuka pikiran. Jika kita membiarkan air mengalir, bukankah sifat alamiah air mengalir ke tempat yang lebih rendah? Sekarang, jika kita membiarkan kehidupan kita mengalir begitu saja tanpa tujuan, bukankah kehidupan kita akan terbawa kekualitas yang lebih rendah?