BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidaklah berlebihan jika ada sebuah
ungkapan “aththariqah ahammu minal maddah”, bahwa metode jauh lebih
penting disbanding materi, karena sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak
didukung oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat
tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu
informasi secara lengkap atau tidak.. Oleh sebab itu pemilihan metode
pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor
terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan.[1]Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat
menyampaikan wahyu Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani,
karena Rasul saw. sejak awal sudah mengimplementasikan metode
pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang
beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat
memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai
Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat memahami
naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka
cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk
mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.
B. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam
makalah ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
- Bagaimana
pengertian Metode dan Pendekatan dalam pendidikan Islam ?
- Apa
Saja Dasar-dasar dari pelaksanaan metode tersebut
- Macam-macam
Metode dan Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
Ketiga pertanyaan di atas akan menjadi
sasaran pembahasan kami, dengan harapan pembahasan yang kami lakukan menjadi
terarah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode dan Pendekatan
Kata metode berasal dari bahasa Yunani.
Secara etimologi, kata metode berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti
“melalui dan hodos berrti “jalan” atau “cara”[2]. Dalam Bahasa Arab metode dikenal
dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis
yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. [3]Sedangkan dalam bahasa Inggris metode
disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia.[4]
Sedangkan menurut terminologi (istilah)
para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, terlebih jika metode
itu sudah disandingkan dengan kata pendidikan atau pengajaran diantaranya :
- Winarno
Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan[5]
- Abu
Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang
cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur[6]
- Ramayulis
mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk
menciptakan proses pembelajaran.[7]
- Omar
Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan
yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian
mata pelajaran yang diajarkannya, cirri-ciri perkembangan muridnya, dan
suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai
proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah
laku mereka.[8]
Berdasarkan definisi yang dikemukakan
para ahli mengenai pengertian metode di atas, beberapa hal yang harus ada dalam
metode adalah :
- Adanya
tujuan yang hendak dicapai
- Adanya
aktivitas untuk mencapai tujuan
- Aktivitas
itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
- Adanya
perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
Ada istilah lain yang dalam pendidikan
yang mengandung makna berdekatan dengan metode, yaitu pendekatan dan
teknik/strategi. Pendekatan merupakan pandangan falsafi terhadap subject matter
yang harus diajarkan[9] dapat juga diartikan sebagai
pedoman mengajar yang bersifat realistis/konseptual. Sedangkan teknik/strategi
adalah siasat atau cara penyajian yang dikuasai pendidik dalam mengajar atau
menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas, agar bahan
pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik.
B. Dasar Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan
Islam menyangkut permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik
itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus
memperhatikan dasar-dasar umummetode pendidikan Islam. Sebab metode
pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga
segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada
dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu
diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.[10]
- Dasar
Agamis,
maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah
berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan
Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh
pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif
dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
- Dasar
Biologis, Perkembangan
biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya.
Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya
makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan
metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan
biologis peserta didik.
- Dasar
Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik
akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai
pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil
pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru
dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan
kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut
untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik.
Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
- Dasar
sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi
antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik
dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam
pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan
sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi
sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan
pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna
metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang
tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi
psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.
C. Macam-macam Metode dan Pendekatan
dalam Pendidikan Islam
1. Macam-macam metode
Sebagai ummat yang telah dianugerahi
Allah Kitab AlQuran yang lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek
kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam
pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits. Diantara
metode- metode tersebut adalah [11]:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian
inforemasi melalui penuturan secara lisan oleh
pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat
di dalam Al Qur’an :
فَلَمَّآ أَنجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ
فِي اْلأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى
أَنفُسِكُم مَّتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ
فَنُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa
(alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan
menimpa dirimu sendiri (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi,
kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan (Q.S. Yunus : 23)
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara
mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang
bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam
hadits Tanya jawab antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang iman, islam, dan
ihsan.
Selain itu ada juga hadits yang lainnya
seperti hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ
حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح وَقَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا بَكْرٌ يَعْنِي ابْنَ مُضَرَ
كِلَاهُمَا عَنْ ابْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَفِي حَدِيثِ بَكْرٍ أَنَّهُ سَمِعَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَرَأَيْتُمْ لَوْ
أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ
هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالُوا لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ
قَالَ فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ
الْخَطَايَا.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis
Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn
Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw.
bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah
seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat
kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan
tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat
lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Muslim, I: 462-463)
c. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara
penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan
kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi[12]menyebut metode ini dengan sebutan hiwar
(dialog).
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam
Al Qur’an Surat Assafat : 20-23 yang berbunyi :
وَقَالُوا يَاوَيْلَنَا هَذَا يَوْمُ
الدِّينِ هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ الَّذِي كُنتُم بِهِ تُكَذِّبُونَ
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَاكَانُوا
يَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ
Dan mereka berkata:”Aduhai celakalah
kita!” Inilah hari pembalasan.Inilah hari keputusan yang kamu selalu
mendustakannya(kepada Malaikat diperintahkan): “Kumpulkanlah orang-orang yang
zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka
sembah,Selain Allah; Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Q.S.
Assafat : 20-23)
Selain itu terdapat juga dalam hadits
yang berbunyi :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ
وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ
الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا
الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ
الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ
وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا
وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا
مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ
أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ’id dan
Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail
dan dia ibn Ja’far dari ‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra.
bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian
siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki
dirham dan harta.Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari
ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat,
puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta
orang ini, menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka
orang itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia
bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan
kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka.(Muslim, t.t, IV: 1997)
d. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara
mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid,
sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh gur dan murid harus mempertanggung
jawabkannya.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam
Al Qur’an yang berbunyi :
يَاأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
قُمْ فَأَنذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرْ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ وَلاَتَمْنُن تَسْتَكْثِرُ
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
Artinya :
- Hai
orang yang berkemul (berselimut),
- Bangunlah,
lalu berilah peringatan!
- Dan
Tuhanmu agungkanlah!
- Dan
pakaianmu bersihkanlah,
- Dan
perbuatan dosa tinggalkanlah,
- Dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih
banyak.
- Dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
e. Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara
mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan
sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits
yang berbunyi
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى
قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي
قِلَابَةَ قَالَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ
عِشْرِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَفِيقًا فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدْ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا أَوْ
قَدْ اشْتَقْنَا سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا فَأَخْبَرْنَاهُ قَالَ
ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ
وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لا أَحْفَظُهَا وَصَلُّوا كَمَا
رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي.
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn
Muşanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya
hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya.
Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw
adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga
kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakantentang orang-orang
yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah
bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah
mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal.
Dan salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. (al-Bukhari, I: 226)
f. Metode eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh
murid melakukan suatu percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan
itu diamati oleh setiap murid, sedangkan
guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan.
Prinsip dasar metode ini ada dalam
hadits :
حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ عَنْ ذَرٍّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ أَبْزَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ
فَقَالَ إِنِّي أَجْنَبْتُ فَلَمْ أُصِبْ الْمَاءَ فَقَالَ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ
لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَمَا تَذْكُرُ أَنَّا كُنَّا فِي سَفَرٍ أَنَا
وَأَنْتَ فَأَمَّا أَنْتَ فَلَمْ تُصَلِّ وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ
فَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا
فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْأَرْضَ
وَنَفَخَ فِيهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ ….
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis
Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang
kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan
air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika
saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan
saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya
kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup
begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya
kemudian mengusapkan keduanya pada wajah.(al-Bukhari, I: 129)
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’
dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah
şubut. Menurut al-Asqalani, hadis ini mengajarkan sahabat tentang tata cara
tayammum dengan perbuatan. (Al-Asqalani, I: 444) Sahabat Rasulullah saw.
melakukan upaya pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak
menemukan air untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki
ekperimen mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.
g. Metode Amsal/perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru
menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan.
Prinsip metode ini terdapat dalam Al
Qur’an
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ
نَارًا فَلَمَّآ أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ
فِي ظُلُمَاتٍ لاَّ يُبْصِرُونَ
Perumpamaan mereka adalah seperti orang
yang menyalakan api Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat. (Q.S. Albaqarah : 17)
Selain itu terdapat pula dalam hadits
yang berbunyi :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى
وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ يَعْنِي الثَّقَفِيَّ حَدَّثَنَا
عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ
بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ تَعِيرُ إِلَى هَذِهِ مَرَّةً وَإِلَى هَذِهِ مَرَّةً .
Artinya; Hadis dari Muhammad ibn
Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis
Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang
munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah
kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. (Muslim, IV: 2146)
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’
dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah şubut, şiqah
hâfiz, sedangkan ibn Umar adalah sahabat Rasulullah saw. Menurut ath-Thîby
(1417H, XI: 2634), orang-orang munafik, karena mengikut hawa nafsu untuk
memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang berada di antara
dua kambing betina. Tidak tetap pada satu betina, tetapi berbolak balik pada ke
duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti orang munafik yang tidak konsisten
dengan satu komitmen.
Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Matode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Matode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
h. Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru
memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan
dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan
menjauhi keburukan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits
berikut ini :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ
سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ
ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ
أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ
بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا
مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ.
Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah
katanya menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi
Sa’id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang
paling bahagia mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw bersabda:
Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya tentang
hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk
hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah orang
yang mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari
dirinya.(al-Bukhari, t.t, I: 49)
Selain hadits juga hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو عَنْ بَكْرِ بْنِ
سَوَادَةَ الْجُذَامِيِّ عَنْ صَالِحِ بْنِ خَيْوَانَ عَنْ أَبِي سَهْلَةَ
السَّائِبِ بْنِ خَلَّادٍ قَالَ أَحْمَدُ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا أَمَّ قَوْمًا فَبَصَقَ فِي الْقِبْلَةِ
وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْظُرُ فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ فَرَغَ لَا يُصَلِّي لَكُمْ….
Artinya: Hadis Ahmad ibn Shalih, hadis
Abdullah ibn Wahhab, Umar memberitakan padaku dari Bakr ibn Suadah al-Juzâmi
dari Shâlih ibn Khaiwân dari Abi Sahlah as-Sâ’ib ibn Khallâd, kata Ahmad dari
kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi imam salat bagi
sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat dan Rasulullah saw.
melihat, setelah selesai salat Rasulullah saw. bersabda ”jangan lagi dia menjadi
imam salat bagi kalian”… (Sijistani, t.t, I: 183).
Hadis di atas tergolong syarîf marfū’
dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah hâfiz, şiqah dan şiqah
azaly. Memberikan hukuman (marah) karena orang tersebut tidak layak menjadi
imam. Seakan-akan larangan tersebut disampaikan beliau tampa kehadiran imam
yang meludah ke arah kiblat ketika salat. Dengan demikian Rasulullah saw.
memberi hukuman mental kepada seseorang yang berbuat tidak santun dalam
beribadah dan dalam lingkungan social.
Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.
Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.
i. Metode pengulangan (tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru
memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang materi tersebut dengan
harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang disampaikan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits
berikut :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ
حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ
قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ
لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ
لَهُ.
Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad
hadis Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia
mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan
berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya.
(As-Sijistani, t.t, II: 716).
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’
dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah
sadũq. Rasulullah saw. mengulang tiga kali perkataan ”celakalah”, ini
menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik dan benar,
sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak tergolong pada orang yang
merugi.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat.
B. Macam-macam pendekatan dalam
pendidikan Islam
Menurut Ramayulis pendekatan pandangan
falsafi terhadap subject matter
yang harus
diajarkan dan selanjutnya melahirkan metode mengajar.[13]Menurutnya setidaknya ada enam
pendekatan yang dapat digunakan
pendidikan
Islam dalam pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu :
- Pendekatan
pengalaman. Yaitu
pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman
nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini peserta didik diberi
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan, baik secara individual
maupun kelompok. Ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru
yang paling baik.
- Pendekatan
pembiasaan.
Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa
direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja yang kadang kala
tanpa dipikirkan. Pendekatan pembiasaan dalam pendidikan berarti
memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajarannya.
- Pendekatan
emosional.
Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi
peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang
baik dan mana yang buruk.
- Pendekatan
Rasional, yaitu
suatu pendekatan mempergunakan rasio dalam memahami dan menerima kebesaran
dan kekuasaan Allah. Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk, bahkan dengan akal yang dimilikinya juga
manusia juga dapat membenarkan dan membuktikan adanya Allah.
- Pendekatan
fungsional, yaitu
suatu pendekatan dalam rangka usaha menyampaikan materi agama dengan
menekankan kepada segi kemanfaatan pada peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ilmu Agama yang
dipelajari anak di sekolah bukanlah hanya sekedar melatih otak tetapi
diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik dalam kehidupan individu
maupun dalam kehidupan social.
- Pendekatan
keteladanan. Pendekatan
keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan baik yang berlangsung
melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah,
perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lainnya yang mencerminkan akhlak
terpuji, maupun yang tidak langsungmelalui suguhan ilustrasi berupa
kisah-kisah ketauladanan.
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa metode dan pendekatan dalam pendidikan Islam mempunyai
peranan yang amat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Sebaik apapun
materi yang akan kita sampaikan tanpa disertai metode yang tepat dalam
pencapaiannya dikhawatirkan esensi dari materi tersebut tidak sampai dan tidak
difahami oleh peserta ddik
Demikianlah pembahasan tentang metode
dan pendekatan dalam pendidikan Islam yang sangat sederhana ini. Untuk
menyempurnakan makalah ini kami berharap kritik dan saran yang membangun dari
semua peserta diskusi sore hari ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Triprasetyo,
2005, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka setia
Anwar, Qamari, 2003, Pendidikan Sebagai
Karakter Budaya Bangsa, Jakarta : UHAMKA Press.
Al Syaibani, Omar Mohammad, 1979, Falsafah
Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang
Echol, Jhon M dan Shadily, Hasan, 1995,
Kamus Inggris Indonesia, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta : Kalam Mulia
________, 2008, Metodologi
Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Ramayulis dan Nizar, Samsu, 2009, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Surakhmad, Winarno, 1998, Pengantar
Interaksi Belajar Mengajar, Bandung :
Tarsito
Catatan Kaki
[1] Qamari Anwar, Pendidikan sebagai
karakter budaya bangsa, Jakarta, UHAMKA Press, 2003, halaman. 42
[2] Ramayulis dan Samsu Nizar,
Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya,
Jakarta : Kalam mulia, 2009, halaman 209.
[3] Shalih Abd. Al Aziz, at tarbiyah
wa thuriq al tadris, kairo, maarif, 119 H, hal. 196 dalam Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2008, hal. 2-3.
[4] John M Echol dan Hasan Shadily,
Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal. 379.
[5] Surakhmad, Pengantar interaksi
Belajar Mengajar, Bandung : Tarsito, 1998, hal. 96
[6] Abu Ahmadi, Strategi Belajar
Mengajar, Bandung : Pustaka Setia, 2005, hal. 52
[7] Ramayulis, Metodologi hal. 3
[8] Omar Mohammad, Falsafah Pendidikan
Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1979, hal.553
[9] Ramayulis dan Samsu Nizar,
Filsafat Pendidikan Islam, hal 209
[10] Ramayulis dan Samsu Nizar,
Filsafat Pendidikan Islam, hal. 216
[11] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta : Kalam Mulia, 2008. Hal. 193
[12] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,
hal. 194
[13] Ramayulis dan Samsu Nizar,
Filsafat Pendidikan Islam, hal. 210
Tidak ada komentar:
Posting Komentar