Sabtu, 04 Februari 2012

HAKIKAT PENDIDIKAN KELUARGA

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Setiap orang dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupakan suatu usaha manusia untuk membina  kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan dan merupakan suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk petumbuhan atau perkembangan  anak didik menjadi manusia yang mampu berpikir dewasa dan bijak.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya di sinilah dimulai suatu proses pendidikan.  Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga.[1]
Kita semua tentu telah maklum bahwa pengaruh keluarga pada pendidikan anak-anak berbeda-beda. Sebagian keluarga atau orang tua mendidik anak-anaknya menurut pendirian-pendirian modern, sedangkan sebagian lagi masih menganut pendirian-pendirian yang kuno.
Keadaan tiap-tiap keluarga berlainan satu sama lain. Ada keluarga yang kaya, ada yang kurang mampu. Ada keluarga yang besar (banyak anggota keluarganya), dan ada pula keluarga yang kecil. Ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tenang dan tentram, ada pula yang selalu gaduh, bercekcok, dan sebagainya. Dengan sendirinya, keadaan keluarga yang bermacam-macam coraknya itu akan membawa pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap pendidikan anak.




BAB II
PEMBAHASAN
  1. HAKIKAT PENDIDIKAN KELUARGA
Pendidikan pada dasarnya sebagai upaya efektif dalam mengembangkan potensi setiap individu agar berkembang sesuai dengan fitrahnya. Proses ini berlangsung secara kontinu sejak manusia itu lahir hingga menjelang akhir hayatnya. Proses pelaksanaan pendidikan yang pertama kalinya berlangsung dalam lingkungan keluarga. Karena secara kodrati, keluarga merupakan basis penentu dalam pengembangan pendidikan anak pada masa depan. Keluarga sebagai unit terkecil dari sistem kemasyarakatan, yang terdiri dari ayah, ibu, anak atau anggota keluarga lainnya senantiasa mengalami interaksi satu sama lainnya.
     Pendidikan dalam keluarga adalah sebagai pendidikan pertama dan utama, karena pendidikan yang berlangsung dalam keluarga merupakan basis pembentukan anak yang berkualitas dan bermoral, sesuai dengan harapan yang didambakan orang tua. Orang tua harus dapat meningkatkan kualitas anak dengan menanamkan nilai-nilai yang baik dan akhlak yang mulia disertai dengan ilmu pengetahuan agar dapat tumbuh manusia yang mengetahui kewajiban dan hak-haknya. Jadi, tugas orang tua tidak hanya sekadar menjadi perantara adanya makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga mendidik dan memeliharanya.[2]
Nasikh Ulwan dalam bukunya ”Tarbiyah Al-Aulad Fi-Al Islam,” sebagaimana dikutif oleh Heri Noer Aly, merincikan bidang-bidang pendidikan anak sebagai berikut:
1. Pendidikan Keimanan, antara lain dapat dilakukan dengan menanamkan tauhid kepada Allah dan kecintaannya kepada Rasul-Nya.
2. Pendidikan Akhlak, antara lain dapat dilakukan dengan menanamkan dan membiasakan kepada anak-anak sifat terpuji serta menghindarkannya dari sifat-sifat tercela.
3. Pendidikan Jasmaniah, dilakukan dengan memperhatikan gizi anak dan mengajarkanya cara-cara hidup sehat.
4.Pendidikan Intelektual, dengan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak dan memberi kesempatan untuk menuntut mencapai tujuan pendidikan anak.

Secara garis besar pendidikan dalam keluarga dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
  1. Pembinaan Akidah dan Akhlak
Al-Ghazali memberikanbeberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengancara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali dengan hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi).Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini.
      Akhlak adalah implementasi dari iman dalamsegala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak.Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua.Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antaraibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakanbahwa setiap individu akan selalu mencari figur yang dapat dijadikanteladan ataupunidola bagi mereka.
  1. Pembinaan Intelektual
Pembinaan intelektual dalam keluarga memgangperanan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baikintelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang berkualitasakan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Mujadilah ayat 11 
Artinya: Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu diantara kalian.
  1. Pembinaan Kepribadian dan Sosial
Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebihbaik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksinalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatarbelakanginya. Mengingathal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjagaemosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanya kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak didik yang relativ masih muda dan belum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santundalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak sianak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.
  1.  TUGAS DAN PERANAN ORANG TUA DALAM KELUARGA
Setiap orang tua dalam menjalani kehidupan berumah tangga tentunya memiliki tugas dan peran yang sangat penting, ada pun tugas dan peran orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut. (1). Melahirkan, (2). Mengasuh, (3). Membesarkan, (4). Mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku. Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Anak-anak yang tumbuh dengan berbagai bakat dan kecenderungan masing-masing adalah karunia yang sangat berharga, yang digambarkan sebagai perhiasan dunia. Sebagaimana Firman Allah Swt dalam Alquran surat Al-Kahfi ayat 46.
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amanah-amanah yang kekal lagi soleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
Ayat di atas paling tidak mengandung dua pengertian. Pertama, mencintai harta dan anak merupakan fitrah manusia, karena keduanya adalah perhiasan dunia yang dianugerahkan Sang Pencipta. Kedua, hanya harta dan anak yang shaleh yang dapat dipetik manfaatnya. Anak harus di didik menjadi anak yang shaleh yang bermanfaat bagi sesamanya.
Beberapa penelitian yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti yang di kemukakan dalam majalah rumah tangga dan kesehatan bahwa “Orang tua berperan dalam menentukan hari depan anaknya. Secara  fisik supaya anak-anaknya bertumbuh sehat dan berpostur tubuh yang lebih baik, maka anak-anak harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang. Secara mental anak-anak bertumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi belajar disertai sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan secara sosial supaya anak-anak dapat mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus di beri peluang untuk bergaul mengaktualisasikan diri, memupuk kepercayaan diri seluas-luasnya.
Beberapa hal yang perlu di berikan oleh orang tua terhadap anaknya, sebagai sebagai berikut :
  • Respek dan kebebasan pribadi.
  • Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik.
  • Hargai kemandiriannya.
  • Diskusikan tentang berbagai masalah.
  • Berikan rasa aman, kasih sayang, dan perhatian.
  • Anak-anak lain perlu di mengerti.
  • Beri contoh perkawinan yang bahagia. 
Dari beberapa poin yang telah dikemukakan para ahli di atas dapat dipahami bahwa banyak hal yang harus dilakukan oleh orang tua dalam melakukan tugas serta peran mereka sebagai orang tua, yaitu harus respek terhadap gerak-gerik anaknya serta memberikan kebebasan pribadi dalam mengembangkan bakat serta menggali potensi yang ia miliki, orang tua dalam menjalani rumah tangga juga harus dapat menciptakan rumah tangga yang nyaman, sakinah serta mawaddah sehingga dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada anak-anaknya, orang tua harus memiliki sikap demokratis. Ia tidak boleh memaksakan kehendak sehingga anak akan menjadi korban, ia harus betul-betul mengerti, memahami, serta memberikan kasih sayang dan perhatian yang penuh. Orang tua yang tidak memenuhi peran dan tidak menjalankan tugas tugasnya seperti apa yang di jelaskan di atas, maka anak-anak hidupnya menjadi terlantar, ia akan mengalami kesulitan dalam menggali potensi  dan bakat yang ia miliki
Conny Semiawan dan kawan-kawan menyatakan bahwa, “Orang tua perlu membina anak agar mau berprestasi secara optimal, karena kalau tidak berarti suatu penyia-nyiaan terhadap bakat-bakatnya. Pembinaan dilakukan dengan mendorong anak untuk mencapai prestasi yang sesuai dengan kemampuannya. Ada pula orang tua, karena tingkat pendidikan mereka sendiri terbatas, karena acuh tak acuh atau karena kurang memperhatikan anak, pendidikan anak, tidak peka dalam pengamatan ciri-ciri kemampuan anaknya”.
Seorang anak sangat memerlukan bimbingan kedua orang tuanya dalam mengembangkan bakat serta menggali potensi yang ada pada diri anak tersebut. Dalam rangka menggali potensi dan mengembangkan bakat dalam diri anak maka seorang anak memerlukan pendidikan sejak dini
Conny Semiawan dan kawan-kawan menyatakan, “Orang tua perlu menciptakan lingkungan rumah atau keluarga yang serasi, selaras, dan seimbang dengan kehadiran anak-anak berbakat. Disamping itu perlu menyiapkan sarana lingkungan fisik yang memungkinkan anak mengembangkan bakatnya. Perlu sikap demokrasi juga dalam memberikan banyak larangan, dirangsang untuk menjadi mandiri dan percaya diri.”
Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi bagi pengembangan kepribadian anak dalam hal ini orang tua harus berusaha untuk menciptakan lingkungan keluarga yang sesuai dengan keadaan anak. Dalam lingkungan keluarga harus diciptakan suasana yang serasi, seimbang, dan selaras, orang tua harus bersikap demokrasi baik dalam memberikan larangan, dan berupaya merangsang anak menjadi percaya diri. Pendapat lain tentang peran dan tugas orang tua adalah sebagai berikut, ”Komunikasi ibu dan ayah dalam keluarga sangat menentukan pembentukan pribadi anak-anak di dalam dan di luar rumah. Selanjutnya dikatakan bahwa seorang ayah umumnya berfungsi sebagai dasar hukum bagi putra-putrinya, sedangkan seorang ibu berfungsi sebagai landasan moral bagi hukum itu sendiri.”
Tugas-tugas serta peran yang harus dilakukan orang tua tidaklah  mudah, salah satu tugas dan peran orang tua yang tidak dapat dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya. Sebab orang tua memberi hidup anak, maka mereka mempunyai kewajiban yang teramat penting untuk mendidik anak mereka. Jadi, tugas sebagai orang tua tidak hanya sekadar menjadi perantara makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga memelihara dan mendidiknya, agar dapat melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, maka diperlukan adanya beberapa pengetahuan tentang pendidikan.
Sebagai penanggung jawab pendidikan dalam kelurga yang pertama dan utama adalah orang tua. Adapun fungsi keluarga Adapun fungsi keluarga secara ilmu menurut ST. Vembrianto sebagaimana dikutip oleh M. Alisuf Sabri ialah sebagai berikut :
   1. Fungsi Biologis: keluaraga merupakan tempat lahirnya anak-anak secara biologis anak berasal dari orang tuanya.
   2. Fungsi Afeksi: kerluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman).
   3. Fungsi Sosial: fungsi keluaraga dalam membentuk kepribadian anak melalui interaksi sosial dalam keluarga anak, mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam keluarga anak, masyarakat, dan rangka pengembangan kepribadiannnya.
   4. Fungsi Pendidikan: keluarga sejak dulu merupakan institusi pendidikan dalam keluarga dan merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dimasyarakat, sekarang pun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak.
   5. Fungsi Rekreasi: kelurga merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan, dan kegembiraan.
   6. Fungsi Keagamaan: merupakan pusat pendidikan upacara dan ibadah agama, fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak.
   7. Fungsi Perlindungan: keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi anak baik fisik maupun sosialnya.
Di samping itu, tugas orang tua adalah menolong anak-anaknya, menemukan, membuka, dan menumbuhkan kesedian-kesedian bakat, minat dan kemampuan akalnya dan memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap intelektual yang sehat dan melatih indera. Adapun cara lain mendidik anak dijelaskan dalam Alquran QS Luqman : 17
Artinya: ”(Lukman berkata) : Wahai anakku, dirikanlah shalat dan surhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbutan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuak hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.

  1. PENERAPAN NILAI-NILAI ISLAM DALAM PENDIDIKAN KELUARGA
  1. Saat Kehamilan
Bagi wanita yang sedang hamil harus bisa menunjukkan sikap ketegangan, dalam hal ini perhatian dan pengertian sang suami sangat menentukan. Sang suami harus mampu menunjukkan sikap kepiawaiannya sebagai sosok pemimpin dan pelindung bagi isteri dan keluarganya. Kemudian yang sangat mendasar yang harus diperhatikan adalah suasana keagamaan yang harmonis, yaitu suami isteri harus banyak meningkatkan ibadah. Misalnya shalat, baca Al-Qur’an, berdo’a dan lain sebagainya.
Pada saat kehamilan, faktor kalori dan gizi harus diperhatikan, baik bagi ibu maupun janin yang dikandungnya. Nilai pendidikan pada masa kehamilan ini adalah yang berhubungan dengan jasmani, rohani, dan kecerdasan anak yang dilahirkan kelak.
  1. Sejak Anak lahir
Rasulullah SAW menerapkan pelaksanaan pendidikan bagi anak baru lahir, diantaranya :
v  Bisyarah, yaitu ungkapan turut merasa gembira atas kelahiran anak.
v  Azan dan Iqamat, bagi bayi yang baru lahir disunatkan untuk azan di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri bayi, kelak tidak akan diganggu orang halus. Hikmah azan dan iqamat ini memberikan seruan suci untuk beribadah kepada Allah SWT.
v  Tahnikah, yaitu membasahi mulut bayi dengan madu, air gula atau memakan buah kurma.
v  Mencukur rambut bayi pada hari ketujuh.
v  Tasmiyah, yaitu memberi nama anak dengan yang baik. Karena nama yang diberikan merupakan harapan atau do’a agar nama tersebut sesuai dengan kepribadian anak.
v  Aqiqah, yaitu menyembelih kambing ( domba ) dua ekor untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan pada hari ketujuh.
v  Khitan,  berkhitan termasuk sunnah nabawiyah yang telah diwariskan dari nabi-nabi sebelumnya.
v  Menyusui, mengandung unsur yang cukup baik, terutama curahan kasih sayang kepada anak yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwanya. [3]

  1. KEPEMIMPINAN ORANG TUA YANG EFEKTIF
Kepemimpinan orang tua yang efektif berlandaskan pada prinsip-prinsip berikut ini :
  1. Demokratis (bermusyawarah), orang tua harus tegas dan menunjukkan power yang dapat mempengaruhi anak.
  2. Berlaku adil, anak sebagai anugerah yang yang diamanahkan Allah kepada setiap orang tua, maka dalam memberikan pendidikan kasih sayang serta kebutuhan lainnya harus dapat berlaku adil. Jelasnya dalam keluarga tidak dibenarkan adanya anak emas dan pilih kasih, baik itu karena kepintarannya, ketampanannya maupun karena jenis kelaminnya.
  3. Mengetahui perkembangan fisik dan psikis anak, orang tua harus memahami perkembangan anak, dengan fase-fasenya.
  4. Berwibawa, fungsi kewibawaan bagi orang tua terhadap anak, apabila anak mengerti petunjuk yang diperbolehkan dan dilarang oleh orang tua. Ketika anak mulai berusia sekitar 5 atau 6 tahun kewibawaan yang ditampilkan orang tua ialah sebagai suri teladan yang akan ditiru oleh anak.
  5. Cinta dan kasih sayang, orang tua harus dapat berlaku kasih sayang sepenuhnya terhadap anak. Kasih sayang terhadap anak bukanlah ditandai dengan menuruti segala keinginan dan permintaan anak, melainkan kemampuan orang tua dalam memberikan sikap terhadap kebutuhan anak sesuai dengan perkembangan fisik dan psikisnya serta memberikan pendidikan dan pengajaran sebagai bekal yang abadi.

  1. BEBERAPA PERSOALAN DALAM  PENDIDIKAN KELUARGA
Dalam mendidik kepribadian anak, baik pendidikan keluarga maupun sekolah mengalami berbagai kendala dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan yaitu kejujuran dan amanah kepada diri anak. Adapun kendala-kendala tersebut menurut Ali Murshafi di antaranya: 
1. Kondisi Ekonomi Keluarga
            Keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi -pada umumnya- memandang sangat perlu untuk memiliki sarana-sarana penunjang demi meraih kebudayaan, peradapan, kemajuan, serta menciptakn keharmonisan antara nilai kejujuran dan amanah dengan orientasi-orientasi dan pemahaman-pemahaman baru yang diperolehnya. Hal itu dapat diaktualisasikan dengan menyediakan perpustakaan untuk anak, ruang untuk belajar, guru-guru khusus, serta seluruh kompenen pendidikan lain.
            Karena itu, tanggung jawab negara yang paling utama adalah menaksir perbedaan level ekonomi antar masyarakat, sehingga sebagian besar keluarga dalam masyarakat akan mampu menyediakan kehidupan sejahtera. Dengan demikian, mereka mampu menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat membantu putra-putri mereka memperoleh pendidikan yang layak serta nilai-nilai pendidikan lainnya.
2. Sebagian Wanita disibukkan oleh Pekerjaan
            Banyak dari mereka beralasan bahwa keluarganya wanita untuk bekerja merupakan sebuah keharusan, bahkan merupakan hal yang mendesak untuk saat ini, mengingat kompetisi hidup yang semakin berat sekaligus sebagai tambahan pendapatan keluarga. Untuk itu mereka mengorbankan interaksi yang benar terhadap anak, yang akhirnya berakibat pada rusaknya nilai-nilai anak.
            Karena itu, seorang ibu lebih memperhatikan kondisi rumah tangga dan juga anak-anaknya dengan tidak menelantarkan pekerjaannya. Sekurang-kurangnya seorang ibu menemani anaknya selama dua tahun pertama masa kelahirannya. Setelah itu, si ibu mengatur aktivitasnya dengan tidak melupakan perannya yang hakiki dalam bersosialisasi. Hal itu itu karena ibu layaknya sebuah bangunan yang memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda. mulai tingkatan dasar adalah tingkatan biologi kesehatan, emosi, kemudian  intelektual dan bahasa, dan tingkat yang terakhir adalah sosial.
3. Tidak Adanya Ayah di Rumah dalam Waktu yang Lama
            Tekanan-tekanan hidup dan bertambahnya beban yang dipikul keluarga memaksa ayah untuk membanting tulang dan memeras keringat agar dapat menutupi tuntutan-tuntutan hidup yang paling asasi. Karena itulah, ayah sering meninggalkan rumah dalam waktu yang lama dan terkadang bisa lebih lama dari waktu biasanya, sehingga banyak dari mereka yang hanya sebentar saja dapat melihat anak-anak mereka, pada hal anak-anak tersebut membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang yang dewasa.
            Karena itu, seorang ayah senantiasa mengemban tanggung jawab moral untuk  membimbing dan memberikan arahan kepada anak-anaknya dalam kehidupan rumah tangga dari sesuatu yang dapat merusak nilai moral anak, misalnya pengaruh media masa, baik itu surat kabar, radio, maupun telivisi.
4. Melimpahkan Tanggung jawab Pendidikan Sosial ke Pihak Sekolah
            Dari kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, menyebabkan para orang tua menyerahkan atau mendatangi lembaga-lembaga pendidikan untuk memasrahkan pendidikan anak mereka di tangan lembaga tersebut dan mereka menyakini bahwa pendidikan sekolah lebih memberikan harapan positif dalam menanamkan nilai pendidikan, jika dibandingkan standar pendidikan yang diberikan para ayah dan ibu.
            Karena itu, para orang tua mempunyai kewajiban awal dalam mendidik anak mereka, tidak sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak ke pihak sekolah. Disamping itu, para orang tua mengharuskan kerja sama yang baik dari seluruh lembaga-lembaga, terlebih lembaga pendidikan dalam rangka memberikan nilai-nilai yang benar kepada anak.[4]
BAB III
KESIMPULAN
Tugas keluarga dalam mendidik anak-anaknya sudah sangat berat dan harus dibantu oleh sekolah. Dalam mendidik anak, sekolah melanjutkan pendidikan anak yang telah dilakukan orang tua di rumah. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang akan diperoleh anak dalam keluarga akan menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam masyarakat.
Di dalam lingkungan keluarga tak jarang ditemukan beberapa permasalahn yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan si anak, seperti kaum ibu yang tadinya dapat mencurahkan tenaga dan pikirannya dalam mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anaknya, dengan adanya emansipasi wanita banyak wanita yang bekerja di luar rumah sehingga tugas untuk mendidik anak-anaknya sebagian diserahkan kepada sekolah-sekolah, kecuali anak-anak yang masih sangat muda. Hal ini merupakan masalah serius yang harus sangat diperhatikan oleh keluarga.
Demikianlah, tidak dapat disangkal lagi betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga bagi perkembangan anak-anak menjadi manusia yang berkepribadian dan berguna bagi masyarakat.












DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Trigenda Karya, 1993.
Rahmat, Jalaluddin dan Muhtar Gandatama, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, Bandung:Remaja Rosdakarya, 1994.
Sujana, Djuju, Peranan Keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996.


[1] Djuju Sujana, Peranan Keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 25.

[2] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2003), hal.79
[3] Rahmat Jalaluddin dan Muhtar Gandatama, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 46-47

1 komentar:

Muhamad Yusuf mengatakan...

Orang Tua senantiasa menjadi tauladan yang baik bagi anak-anaknya.
Kaos Keluarga Muslim